Kanker serviks atau yang disebut juga
sebagai kanker mulut rahim merupakan salah satu penyakit kanker yang paling
banyak ditakuti kaum wanita. Berdasarkan data yang ada, dari sekian banyak
penderita kanker di Indonesia, penderita kanker serviks mencapai sepertiga nya.
Dan dari data WHO tercatat, setiap tahun ribuan wanita meninggal karena
penyakit kanker serviks ini dan merupakan jenis kanker yang menempati peringkat
teratas
sebagai penyebab kematian wanita dunia.
sebagai penyebab kematian wanita dunia.
Anatomi dan fisiologi Serviks
Serviks adalah bagian khusus dari uterus yang terletak di bawah isthmus. Pada sisi anterior, batas atas serviks, ostium interna letaknya kurang lebih setinggi lipatan refleksi peritoneum antar uterus dan kandung kemih (Cunningham, 1989).
Serviks adalah bagian dari rahim yang paling sempit, terhubung ke fundus uteri oleh uterine isthmus. Serviks berasal dari bahasa latin yang berarti leher. Bentuknya silinder atau lebih tepatnya kerucut. Batas atas serviks adalah ostium interna. Serviks letaknya menonjol melalui dinding vagina anterior atas. Bagian yang memproyeksikan ke dalam vagina disebut sebagai portio vaginalis. Rata-rata ukurannya adalah 3 cm panjang dan 2,5 cm lebar portio vaginalis. Ukuran dan bentuk serviks bervariasi sesuai usia, hormon, dan paritas. Sebelum melahirkan, ostium eksternal masih sempit, hanya berbentuk lingkaran kecil di tengah serviks. Bagian luar dari serviks menuju ostium eksternal disebut ektoserviks. Lorong antara ostium eksterna ke rongga endometrium disebut sebagai kanalis endoservikalis (Julian, 1997).
Pasokan darah dari sekviks berasal dari arteri iliaka internal, yang membentuk uterine arteri. Serviks dan cabang arteri vagina dari uterus mensuplai bagian vagina bagian atas. (Julian, 1997).
Drainase sistem limfatik dari serviks sangat kompleks, yang meliputi nodus iliaka internal dan eksternal, nodus obturatorius dan parametrial, dan banyak lagi. Rute utama penyebaran sistem limfatik dari kanker serviks adalah melalui limfatik pelvis. Maka radikal histrektomi yang dilakukan secara invasif untuk mengobati kanker serviks meliputi penghapusan sebagian besar sistem limfatik di daerah pelvis (Anderson, 1991).
Penyebab Kanker Serviks
Penyebab kanker ini adalah Human papilloma Virus (HPV). Sedangkan penyebab banyak kematian pada kaum wanita adalah virus HPV tipe 16 dan 18. Virus ini sangat mudah berpindah dan menyebar, tidak hanya melalui cairan, tapi juga bisa berpindah melalui sentuhan kulit. Selain itu, penggunaan wc umum yang sudah terkena virus HPV, dapat menjangkit seseorang yang menggunakannya jika tidak membersihkannya dengan baik.
Pemeriksaan
- Pemeriksaan keadaan umum termasuk
kelenjar getah bening terutama supraklavikula (kiri), palpasi hepar, adanya
nyeri ketok tulang-tulang
- Pemeriksaan klinis ginekologi :
palpasi bimanual pervaginam dan perrektal, diikuti biopsy lesi tumor
- Laboratorium : hematologi rutin;
kimia darah: fungsi hati dan ginjal. Pemeriksaan HPV (Human Papiloma Virus)
untuk saat ini tidak mengubah strategi pengobatan dan dilakukan terbatas pada
penelitian
- Pyelografi intravena (IVP): melihat
adanya sumbatan ureter uni/bilateral yang diikuti dengan hidronefrosis
- Sistokopi: terutama pada stadium
IIIB, guna melihat adanya fistel
- Foto paru-paru
- Pemeriksaan limfangiografi jarang
dilakukan
- CT-Scan dan MRi sekalipun dapat
mengubah diagnosis namun strategi pengobatan kadang-kadang tidak berubah.
Kecuali apabila dipastikan terdapat kecurigaan mestastasis pada kelenjar getah
bening paraaortal
Penatalaksnaan
Pembedahan diikuti atau tanpa radiasi
pad stadium 0, 1 atau IIA (FIGO) atau radiasi saja pada umumnya memberikan
hasil pengobatan yang cukup baik.Radioterapi menjadi pengobatan
terpilih pada KLR stadium IIB-IVA antara lain karena:
- Efektif dan efisien (dibandingkan
dengan pembedahan ditambah kemoterapi)
- Angka mortalitas praktis nol dan
morbiditas sangat rendah pada penatalaksanaan yang baik
- Tidak menimbulkan rasa takut
Penatalaksnaan
Pembedahan diikuti atau tanpa radiasi
pad stadium 0, 1 atau IIA (FIGO) atau radiasi saja pada umumnya memberikan
hasil pengobatan yang cukup baik.Radioterapi menjadi pengobatan
terpilih pada KLR stadium IIB-IVA antara lain karena:
- Efektif dan efisien (dibandingkan
dengan pembedahan ditambah kemoterapi)
- Angka mortalitas praktis nol dan
morbiditas sangat rendah pada penatalaksanaan yang baik
- Tidak menimbulkan rasa takut
Pengobatan
- Pembedahan
Tindakan pembedahan berupa konisasi dianjurkan terutama pada kasus KLR CINI, 2 atau 3 pasien muda yang masih menghendaki keturunan. Sedangkan untuk kasus stadium IA, IB, IIA dengan garis tengah tumor tidak melebihi 3-4 cm (non bulky), tanpa disertai indikasi kontra operasi (usia tua, indeks obesitas yang tinggi, serta adanya penyakit lain yang tidak terkontrol) biasanya dipilih tindakan histeroktomi transabdominal disertai salpingoooovorektomi bilateral. Termasuk di dalamnya pengangkatan ovaria, parametria, sepertiga atas vagina, limfadenektomi pelvis dan sebagian omentum.
2. Radioterapi
Radioterapi saja dapat dilakssanakan
pada kasus stadium IA, IB, dan IIA yang masih operabel ataupun tidak resektabel
oleh karena tumor yang besar (bulky mass), serta IIB dan IIIA, IIIB.
Radioterapi kuratif juga dapat
dilaksanakan bagi pasien-pasien dengan indikasi kontra untuk pembedahan.
Pemberian radioterapi terdiri atas
kombinasi radiasi eksterna daerah pelvis dan brakhiterapi.Beberapa senter
radioterapi menganjurkan pemberian brakhiterapi prabedah sebagai upaya untuk
mematikan sel tumor di sekitar daerah operasi.
Radiasi pasca bedah diberikan pada
kasus-kasus dengan metastasis pada kelenjar getah bening pelvis, dengan sisa
tumor (mikroskopik atau massa), invasi ke dalam stroma, ke dalam vaskuler maupun limfatik serta pada jenis
adenokarsinoma atau adenoskuamosa.
Dengan berkembangnya berbagai
kemoterapi, saat ini kasus lanjut lokal KLR, masih dapat tertangani secara
kuratif dengan pemberian kombinasi radiasi dengan kemoterapi.
Radiasi paliatif diberikan pada kasus
metastasis ke tulang dan kelenjar getah bening supraklavikula. Pada kasus
pendarahan atau penekanan pada massa tumor yang mengakibatkan disfungsi suatu
organ dapat dilakukan tindakan radiasi kedaruratan.
Radiasi Eksterna
Radiasi eksterna pada KLR ditijukan
pada seluruh (SP=whole pelvis) lapangan anteroposterior dan posteroanterior
(AP-PA)..pemberian dari 4 arah yakni (AP-PA) dan laterolateral kiri dan kanan
akan mengurangi dosis pada kandung kemih dan rectum. Batas atas adalah
perbatasan antara lumbal 4 dan 5, pada percabangan aorta dimana terletak
elenjar getah bening illiaca komunis. Batas lateral kirai dan kanan adalah 1,5
sampai 2 cm dari tepi rongga panggul kea rah lateral. Sebagai batas bawah
diambil pertengahan simfisis untuk stadium I dan IIA, sedangan untuk stadium
yang lebih lanjut batas bawah foramen obturatorium. Apabila vagina distal
terkena tumor, maka batas bawah ini mengikuti letak marka metal yang ditaruh
pada bagian distal tumor secar radiografis.
Untuk batas-batas lapangan radiasi
laterolateral, batas atas dan bawah mengikuti lapangan AP-PA.Batas anterior
diletakkan pada bagian tengah tulang simfisis pubis yang tampak secara
radiologic.Sedangkan batas posterior mengikuti bagian posterior kurvatura
sacrum. Lapangan akan menjadi akurat dengan menengarai kandung kemih dengan
kateter balon yang diisi kontras serta pada dinding rectum bagian anterior yang
diberi penera logam.
Pemberian 4 lapangan radiasi akan
memberikan distribusi dosis yang lebih sempurna daripada 2 lapangan, di samping
menurunkan dosis pada organ kandung kemih dan rektum. Namun kendalanya adalah
diperlukan waktu yang lebih lama pada saat pelaksanaan radiasi sehingga tidak
dianjurkan untuk diterapkan pada sentra radioterapi dengan jumlah pasien
banyak.
Dikenal pula teknik 4 lapangan yang
disebut teknik boks (box technique). Dalam pelaksanaan sehari-hari teknik ini
digunakan untuk pemberian booster apabila pada pasien tidak dimungkinkan
dilakukan tindakan brakhiterapi karena berbagai alas an, atau pada kasus
kambuh. Lapangan boks ini mecakup hanya tumor dan seluruh rahim, yang biasanya
meliputi daerah seluas 10 X 10 cm.
Penggunaan blok pada radiasi
eksternaKLR dianjurkan untuk mengurangi jumlah volume daerah yang memperoleh
radiasi tanpa mengurangi evektivitas radiasi. Blok digunakan untuk melindungi sebagian
usus halus serta kedua caput femoris. Disamping itu ada pula blok yang dikenal
dengan blok uterus atau central shield (CS) yang digunakan untuk membatasi
dosis pada rahim serta rektum dan kandung kemih. Blok yang digunakn terbuat
dari lempeng timah hitam dengan bentuk yang disesuaikan dengan kebutuhan.
Diperlukan ketebalan sehingga diperoleh dosis keluaran sebanyak 1,26 samapi
maksimum 3,12%. Berbagai pusat menerapkan metode radiasi dengan posisi
tengkurap (prone) ditambah dengan sebuah alat bantu (bellyboard) yang
diletakkan antara perut pasien dan meja penyinaran sehingga usus halus akan
terdorong kearah cranial menjauhi lapangan radiasi.
Brakhiterapi
Brakhiterapi pada KLR terbanyak
mengacu pada system pemberian Manchester.Digunakan sebuah aplikator
intrauterine.Untuk memperoleh distribusi dosis yang optimal dperlukan dua buah
aplikator intravaginal, atau ovoid, yang diletakkan pada fornises kiri dan kanan.
Dengan konfigurasi demikian akan diperoleh penyebaran dosis menyerupai buah pir
atau alpukat pada dimensi bidang datar. Tidak diharapkan penyebaran ini kearah
anterior maupun posterior karena akna mengenai kandung kemih dan rektum.
Berbagai metode pemberian radiasi
eksterna dan brakhiterapi yang berlainan mengakibatkan dosis yang berlainan
pula.Salah satu metode yang paling banyak digunakan di sentra radioterapi
adalah radiasi eksterna terlebih dahulu kemudian disusul dengan brakhiterapi.
Kombinasi radiasi dan kemoterapi
Perkembangan kemoterapi pada dua
dasawarsa terakhir telah memberikan hasil yang lebih baik. Kombinasi radiasi
dengan kemoterapi akan menghasilkan efek sinergis, terutama CCDP (cispatin),
telah terbukti sebagai potensiator radiasi yang efektif. Kemungkinan kerja
substansi ini dengan terjadinya peningkatan kepekaan sel hipoksik terhadap
radiasi akibat bertambahnya radikal hidroksil, terjadinya penghambatan proses
perbaikan sel-sel yang subletal akibat radiasi, terkumpulnya sel-sel pada fase
yang sensitif pada daurnya. Banyak penelitian fase II membuktikan bahwa
kombinasi radiasi dan kemoterapi memberikan hasil yang lebih baik ketimbang
radiasi saja,bukan hanya dalam hal
kendali lokal tetapi juga dalam kesintasan hidup. Beberapa studi menggunakan
kombinasi beberapa kemoterapi dengan radiasi.
Pencegahan
Berikut ini ada beberapa cara untuk mencegah
kanker serviks
- Melakukan pemeriksaan pap smears secara rutin. Sejak 50 tahun ke belakang pap smears udah mengurangi kematian yang berhubungan dengan kanker leher rahim sampai 70%. Sebaiknya Pap Smear dilakukan tiga tahun setelah memulai aktivitas seksual atau setelah memasuki usia 21. Dan lakukan lagi pemeriksaan ini setiap tahun. Wanita yang berusia lebih dari 30 tahun dan hanya memiliki satu partner seks dapat melakukan pemeriksaan rutin tiap tiga tahun saja, apabila sebelumnya sudah rutin melakukan pemeriksaan dan hasilnya negatif.
- Melakukan Vaksinasi HPV. Vaksinasi ini sebaiknya dilakukan sebelum wanita aktif secara seksual. Dan sudah dapat dilakukan sejak usia sembilan tahun.
- Mengurangi jumlah partner seks. Semakin banyak seorang wanita memiliki partner seks, maka semakin besar pula kemungkinan tertular virus ini. Mungkin kondom dapat membantu, namun dia tidak sempurna untuk memblokir transmisi HPV.
- Menunda kegiatan seksual. Artinya menunda waktu menjadi seorang wanita yang aktif secara seksual. Semakin muda seorang wanita memulai hubungan seks, semakin besar kemungkinan perkembangan kanker ini di kemudian hari.
- Gaya hidup sehat. Melakukan gaya hidup yang sehat dengan memakan makanan yang sehat serta olahraga secara teratur dapat meningkatkan kekebalan tubuh terhadab beberapa penyakit.
No comments:
Post a Comment